inilah hasil kultur bakteria dari tangan seorang perawat yang tidak dicuci |
Infeksi nosokomial, mungkin istilah ini masih terdengar asing di telinga anda. Baik, definisi infeksi nosokomial atau sering pula disebut dengan istilah hospital acquired infection, menurut WHO adalah:
An infection acquired in hospital by a patient who was admitted for a reason other than that infection (1). An infection occurring in a patient in a hospital or other health care facility in whom the infection was not present or incubating at the time of admission. This includes infections acquired in the hospital but appearing after discharge, and also occupational infections among staff of the facility (2).
Menurut definisi di atas, dapat kita lihat bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan di rumah sakit, di mana infeksi itu bukan berasal dari penyakit si pasien itu sendiri. Jadi, kata lainnya, infeksi nosokomial ini merupakan infeksi “bonus”.
Sebagai contoh, misalnya, seseorang datang ke rumah sakit karena patah tulang terbuka, kemudian dia harus dirawat selama sepuluh hari. Karena kurangnya kewaspadaan pihak rumah sakit terhadap infeksi nosokomial, si pasien mendapatkan “infeksi bonus” pneumonia (infeksi pada paru – paru karena bakteri pneumococcus sp.)
Infeksi nosokomial, tidak hanya dialami oleh pasien semata. Infeksi nosokomial, juga dapat menjadi infeksi okupasional atau infeksi yang terjadi dalam dunia kerja, dalam hal ini adalah infeksi yang terjadi antara penyedia pelayanan kesehatan (dokter, perawat,staff rumah sakit), dari pasien kepada penyedia pelayanan kesehatan, atau dapat pula sebaliknya.
Saya ambilkan contoh lagi, misalnya, seorang pasien datang ke UGD karena kecelakaan, darah mengalir deras dari luka – lukanya, karena panik, si perawat lupa memakai sarung tangan ketika hendak membersihkan luka pasien, ternyata, perawat ini juga sedang memiliki luka terbuka pada ujung jarinya karena hari sebelumnya ketika memasak, jarinya terkena pisau. Maka, terjadilah kontak antara darah pasien dan luka terbuka si perawat. Belakangan, diketahui bahwa ternya pasien mengidap HIV- AIDS, maka si perawat yang hendak menolong pasien justru tertular HIV- AIDS.
Kasus – kasus nosokomial memang sangat merugikan. Baik merugikan pasien, penyedia layanan kesehatan, dan juga pihak rumah sakit sendiri. Apabila infeksi nosokomial ini tidak segera ditangani dengan baik, maka akan berakibat pada “6D” yaitu : Disease (sakit), Death (kematian), Dissastisfaction (ketidakpuasan), Disfunction (malfungsi), Disability (kecacatan), dan juga Destitution (pemborosan). Sungguh menyedihkan bukan?
Oleh karena itu, upaya terbaik adalah upaya pencegahan. Untuk dapat mencegah, perlu kita kenali terlebih dahulu akan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit infeksi nosokomial. Faktor- faktor tersebut antara lain:
Jenis Mikroorganisme
o Microorganisme dapat berupa bakteri, virus, jamur, atau parasit
· Asal Mikroorganisme
Secara umum, mikroorganisme dapat berasal dari tiga tempat, yaitu:
o Endogenous : berasal dari dalam tubuh pasien. Contohnya: Bakteri E. Colli yang terdapat pada usus besar dan tinja, dapat menyebabkan infeksi saluran kencing.
o Exogenous: berasal dari luar tubuh pasien, misalnya dari udara, contoh infeksi: pneumonia, TBC
o Kontaminasi: biasanya pada alat – alat medis seperti gunting atau pisau bedah.
· Kerentanan Pasien ( Patien susceptibility)
o Berbagai faktor yang mempengaruhi pasien sehingga dapat lebih mudah terkena infeksi antara lain : usia, sistem kekebalan tubuh, jenis penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, ada tidaknya penyakit kronis
· Faktor lingkungan
o Kepadatan jumlah pasien, seringnya berpindah – pindah dari satu unit ke unit lain, atau dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, sanitasi yang buruk, keterbatasan tempat (sehingga pasien yang menderita penyakit infeksi tidak diisolasi sendiri dan harus dijadikan satu dengan pasien biasa)
Selain memperhatikan faktor faktor di atas, penyedia layanan kesehatan juga wajib melakukan universal precaution, atau kewaspadaan universal, yang meliputi berbagai macam hal sebagai berikut:
- Menyadari setiap orang, baik pasien atau penyedia pelayan kesehatan yang berpotensi untuk menginfeksi dan terinfeksi
- Mencuci tangan. Cuci tangan merupakan prosedur yang penting untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antara orang dengan orang, maupun antara orang dengan benda.
- Memakai sarung tangan sebelum menyentuh darah, cairan tubuh, peralatan yang telah terkontaminasi, luka terbuka, dan juga saat melakukan tindakan invasif (operatif).
- Menggunakan pembatas fisik (physical barriers) seperti masker, apron, kaca mata, sarung tangan untuk menghindari cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi
- Menggunakan antiseptik agen untuk membersihkan kulit, mebran mukosam luka, ketika mencuci tangan, juga untuk membersihkan ruangan bekas operasi, atau bekas merawat pasien dengan infeksi tertentu.
- Menerapkan standard operating procedure yang tepat dan aman, misalnya dalam memberikan gunting bedah atau peralatan tajam dibutuhkan teknik yang tepat dan aman untuk menghindari tusukan.
- Pengelolaan limbah yang tepat dan aman. Limbah medis seperti jarum suntik, darah, dan sumber infeksi yang potensial lainnya perlu diolah secara baik, agar tidak membahayakan lingkungan.
- Pengelolaan alat medis dengan tepat. Hal ini terkait dengan proses sterilisasi ulang alat setelah digunakan (misalnya pisau bedah, gunting bedah, penjepit bedah, dll) termasuk dengan metode penyimpanannya.
Selain itu terdapat pula komponen – komponen dalam universal precaution seperti yang terlampir dalam tabel berikut
Pencegahan memang sangat penting untuk dilakukan, lalu bagaimana kita mengidentifikasi bahwa pencegahan tersebut berhasil dilakukan? Caranya adalah dengan melakukan follow up atau monitoring terhadap kondisi pasien, apabila pasien tidak memiliki “infeksi bonus” itu tandanya upaya untuk mencegah penyakit nosokomial telah berhasil dilakukan. Jangan sampai pasien kita mendapatkan bonus penyakit tambahan, seperti yang tergambar dalam peribahasa: “Sudah jatuh, tertimpa tangga”.
Sumber
- Prevention of Hospital Acquired Infection – WHO. http://www.who.int/csr/resources/publications/whocdscsreph200212.pdf
- Contoh kasus penyakit nosokomial. http://www.voila.web.id/kesehatan/pascaopname-tak-bawa-penyakit.aspx
- Preventing nosocomial infection. http://www.reproline.jhu.edu/english/4morerh/4ip/IP_manual/20_Nosocomial.pdf
- Standard precautions. http://www.reproline.jhu.edu/english/4morerh/4ip/IP_manual/02_StandardPrecaution.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar