Serba serbi Obat Paten vs Obat Generik..

Banyak orang menganalogikan obat paten sebagai obat mahal sedangkan obat generik sebagai obat murah atau obat miskin. Wajar saja,hal ini dikarena harga obat paten berkali – kali lipat lebih mahal daripada obat generik. Adanya obat paten dan generik ternyata membawa suatu polemik tersendiri. Sebagian pihak merasa tidak puas karena diberi obat generik, mereka minta diberi obat yang bagus dengan berasumsi bahwa obat mahal lebih baik mutunya; sebaliknya; sebagian orang juga protes berkomentar “Kenapa saya dikasih obat mahal, kan ada yang murah?”.  

Untuk  membantu menjawab hal itu, di sini saya ingin berbagi pengetahuan mengenai obat paten dan generik yang akan saya sampaikan melalui Frequently Asked Questions berikut:

Apakah sebenarnya obat paten dan obat generik itu?

                Obat paten atau obat spesialite adalah obat mlik suatu perusahaan farmasi tertentu dengan nama khas yang dilindungi hukum berupa merk terdaftar atau propietary name, sedangkan obat generik/ obat officiale adalah obat yang diberi nama sesuai dengan kandungan zat yang berkhasiat dalam obat tersebut. Sebagai contoh : Ponstan adalah nama obat paten untuk asam mefenamat.

Mengapa harus ada obat paten dan obat generik?

                Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia, DR.Dr. Fachmi Idris, M.Kes., sebagaimana yang tercantum dalam UU no 14 tahun 2001, masa berlaku obat paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi memiliki hak eksklusif di indonesia untuk memproduksi obat tersebut. Perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi obat serupa kecuali apabila ada perjanjian khusus dengan pemilik merk paten. Setelah obat paten berhenti masa patennya (lebih dari 20 tahun) maka obat paten tersebut selanjutnya disebut sebagai obat generik.

Mengapa harga obat generik jauh lebih murah daripada obat paten?

                Pada dasarnya, kebijakan akan adanya obat generik ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah dengan mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional. Harga obat generik ini dikendalikan oleh pemerintah sehingga dapat ditekan dengan cara dibebaskan dari biaya pajak, promosi, dan juga distribusi, bahkan ada beberapa obat yang sampai “dijual rugi”. Selain itu, obat generik juga diproduksi dalam jumlah yang amat besar, sehingga harganya dapat menjadi lebih murah. Berbeda halnya dengan obat paten yang masih membutuhkan biaya promosi besar –besaran dan juga biaya pajak yang secara significant dapat mempengaruhi harga obat.

Adakah perbedaan antara kualitas obat paten dan obat generik?

                Jawabannya tidak ada. Obat generik, meskipun murah, namun tetap memiliki kualitas serupa dengan obat paten. Ingat, obat generik dan obat paten ini memiliki bahan dasar berkhasiat yang sama. Hanya saja bisa dikatakan bahwa obat paten hadir dengan “kemasan” yang lebih menarik, yang terkadang membawa faktor sugesti tertentu bagi pasien, namun pada dasarnya kualitas kedua jenis obat ini tetaplah sama. Apalagi, semenjak tahun 2007, telah disepakati  bahwa terhadap semua obat generik wajib dilakukan uji BA/BE, yaitu uji akan Bioavailabilitas dan Bioekivalensi.

                Uji bioavailabilitas/ ketersediaan hayati dapat didefinisikan sebagai uji untuk memastikan apakah obat tersebut dapat terdistribusi pada target site nya dan dapat menimbulkan efek terapi/ penyembuhan yang diinginkan atau tidak, sedangkan uji bioekivalensi/ kesetaraan biologi adalah sebuah uji yang bertujuan untuk menilai kerja obat apabila diberikan bersamaan dengan obat lain, apakah obat ini masih dapat berfungsi secara baik atau tidak.

Bila obat generik memiliki mutu yang sama dengan obat paten, mengapa dokter lebih sering meresepkan obat paten?

                Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa dokter lebih sering meresepkan obat paten. Kalau kita bicara akan kemungkinan terburuk, bisa saja hal itu disebabkan karena adanya “pesan sponsor” dari perusahaan farmasi tertentu yang menawarkan insentif, bagi dokter yang meresepkan obatnya. Namun, ada juga beberapa sebab lain seperti:

• Obat tersebut merupakan obat baru yang memang belum ada versi generiknya

• Efek placebo - Persepsi masyarakat. Kadang pasien protes bila diberi obat generik, takut kalau obatnya tidak manjur. Ada pula opini tentang makin mahal obatnya, makin berkhasiat pula, atau ada harga ada rupa.

• Alokasi obat. Seperti yang kita ketahui, bahwa obat generik itu memang ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah (obat yang bersubsidi) oleh karena itu, bagi pasien menengah ke atas, obat generik jarang digunakan.

         

         Akan tetapi, perlu kita sadari bersama bahwa sebagai pasien, kita juga memiliki hak atas obat, sebagaimana yang dicantumkan dalam UU Np. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasien memiliki hak untuk memilih pengobatan, sehingga pasien juga berhak untuk mengingatkan dokter untuk menuliskan resep obat generik. Sebagai pasien yang pintar dan bijaksana, sebaiknya kita juga mempertimbangkan beberapa hal  sebelum menyarankan dokter untuk menulis resep generik. Sebagai contoh, bagi kalangan tidak mampu, ketika dokter menuliskan resep paten, tentu akan menjadi beban bagi mereka, oleh karena itu mereka memiliki hak untuk meminta resep generik. Namun bagi kalangan berkantung tebal, meminta obat generik dengan alasan penghematan tentunya tidak tepat guna. Maka dari itu, pemilihan obat paten dan generik pelu dipertimbangkan dari berbagai macam hal, tergantung pada kebutuhan pasien.

*Bahkan banyak yang lebih dari sekedar tiga kali lipat harganya.

Sumber

• Obat generik, harga murah mutu tidak kalah. http://medicastore.com/obat_generik

• Hak Pasien Atas Obat. Drs. Yudi Hardi Susilo, Apt.

• Obat Generik vs  Obat Paten. http://www.medicalera.com/index.php?option=com_community&view=groups&task=viewdiscussion&groupid=38&topicid=19&Itemid=334 

• Obat Generik vs Obat Paten http://www.lintasberita.com/go/34390